Desa Sumbersuko terdiri dari tujuh Dukuh yaitu Dukuh Baran, Dukuh Legok, Dukuh Legong,
Dukuh Krajan, Dukuh Gebyak, Dukuh Genengan, dan Dukuh Sumberwuni. Berdasarkan
cerita rakyat pada masa terdahulu sebelum bernama Desa Sumbersuko, conon masing
– masing Dusun mempunyai cerita/sejarah sendiri–sendiri.
Dukuh Baran
adalah daerah dataran yang paling tinggi dari dukuh yang lain, dimana daerah
ini tanahnya sangat subur hampir segala buah-buhan dan rempah-rempah tumbuh
subur diasana, selain itu daerah ini dikenah dengan nama taman buah dan bunga
karena hampir sepanjang jalan ditumbuhi pohon aneka buah dan bunga suko
(kembang suko) terutama pohon nangka, daerah ini jauh dari pusat Pemerintahan
(Krajan) sehingga dinamakan baran yang berarti paran (Jauh), sedangkan bedah
kerawang (babat alas) dukuh Baran ini dilakukan oleh seorang sakti bernama Mbah
Tumenggung Penjalinan.
Dukuh Legok
adalah daerah setengah kedung merupakan daerah rendah yang diapit oleh dua
bukit yaitu bukit Baran dan bukit
Srigading, dimana daerah legok ini terdapat mata air (Sumber) yang sangan
jernih dan disekelilingnya ditumbuhi bunga suko (kembang suko), tanahnya sangat
subur hampir semua jenis buah-buahan tumbuh subur disana terutama jeruk,
mangga, jambu air, nangka, durian, pisang dll, Mata air yang muncul dari
tengah-tangah bunga suko (kembangu suko) tersebut mengalir deras tak pernah
surut dan tidak keruh walau diambil oleh ratusan orang tiap harinya, sedangkan
bedah kerawang (babat alas) dukuh Baran ini juga dilakukan oleh Mbah Tumenggung
Penjalinan.
Dukuh Legong
adalah kedung yaitu daerah yang lebih rendah dari dukuh Legok, area ini tumbuh
pohon beringin yang sangat besar dan rindang, dibawahnya terdapat mata air
(sumber air) yang keluar dari rimbunan bunga suko (kembang suko), sumber ini
juga mengalir deras tak pernah surut dan tidak keruh, dimanfaatkan oleh
masyarakat legong dan sekitarnya, sedangkan bedah kerawang (babat alas) dukuh
Legong ini dilakukan oleh Mbah Bendung.
Dukuh Krajan
adalah Kerajaan yang mempunyai arti daerah pusat Pemerintahan desa yang berlokasi ditengah-tengah antara Tlogowaru
dan Randugading, dahulu krajan ini rute awal bedah kerawang (babat alas) yang
dilakukan oleh Mbah Tumenggung Penjalinan meliputi Legok dan Baran.
Dukuh Gebyak atau
Gebyok adalah pintu besar yang diartikan tempat awal atau pertama kali
menempuh perundingan (Musyawarah) para
pelaku bedah kerawang (babat alas) Desa Sumbersuko yang dilakukan oleh Mbah
Tumenggung Penjalinan, Mbah Kyai Qutrik, Mbah Kyai Talang, Mbah Bendung.
Sedangkan bedah kerawang (Babat alas) dukuh Gebyak ini dilakukan oleh Mbah Kyai
Qutrik.
Dukuh Genengan
adalah dukuh yang letaknya diarea sungai aliran dari Kedungkandang, dimana
sepanjang sungai ini juga ditumbuhi bunga suko (kembang suko) dukuh ini
ditempati oleh beberapa orang pelaku bedah kerawang (Babat alas) terbentuknya
desa ini diantaranya adalah :
1.
Mbah Kyai Qutrik
dimana beliau seorang penyebar Agama Islam didesa Sumbersuko mepunyai kharisma
dan wibawa serta kasaktian yang sangat tinggi, sehingga para santri/pengikut
beliau memiliki kekokohan Iman dan akhlak, sehingga Islam di Sumbersuko
berkembang pesat hingga saat ini.
2.
Mbah Kyai Talang,
beliau mempunyai kesaktian dan kelebihan karena
dapat menaikkan air dari kali temor (sungai timur) kepersawahan barat dengan ketinggian + 11 M.
3.
Mbah Bendung,
dimana beliau juga punya kesaktian yang cukup tinggi yaitu membendung air
swereg dengan glugu tanpa bantuan orang lain.
4.
KH Zainal Abidin
dimana beliau juga seorang tokoh/Kiyai setelah Mbah Kyai Qutrik lama wafat yang
membangun Masjid Pertama kali di Desa ini yaitu Masjid Nurul Islam dibanguan
mulai tahun 1934 dan diresmikan pada tahun 1941.
5.
KH. Nurbati (Mbah
bati) adalah saudara dari KH. Zainal abidin, beliau berdua tokoh agama yang
juga turut berjuang kemerdekaan RI,
sedngkan bedah kerawang (Babat alas) dukuh Genengan dilakukan oleh Mbah Kyai Qutrik.
Dukuh Sumberwuni
adalah nama yang diambil dari pohon wuni (Burnih) bercabang dua tumbuh kokoh
membentang diatas mata air (sumber) yang sangat jernih, dimana dibawah wuni
(burnih) tersebut ada segerumbulan bunga suko (kembang suko) melingkar atau
mengelililingi mata air (sumber) tersebut, nama inilah yang diambil sebagai
nama Dukuh Sumberwuni, dukuh ini juga ada kaitannya dengan Kerajaan Singosari,
conon hampir separuh dari harta kekayaan Kerajaan Singosari disimpan
(disembunyikan) di Ngembul yang berhimpitan dengan dukuh Sumberwuni, karena
pada zaman penjajahan hanya dukuh Sumberwuni yang tidak dapat dijarah/diduduki
penjajah baik Belanda maupun jepang. Kala itu Suberwuni merupakan Daerah
Republik yang disekat garis batas alam
berupa sungai dan curah yang memisahkan antara Republik dan wilayah dudukan/wilayah
jajahan, sedangkan bedah kerawang (Babat
alas) dukuh Sumberwuni dilakukan oleh Mbah Kyai Qutrik.
Dari data diatas
maka dapat kita simpulkan bahwa pelaku bedah kerwang (Babat alas) dilakukan
oleh beberapa tokoh dibawah ini dengan tugas sebagai berikut:
1.
Mbah Tumenggung
Penjalinan melakukan bedah kerawang (Babat alas) meliputi dukuh legok dan
Baran.
2.
Mbah Kyai Qutrik
melakukan bedah kerawang (Babat alas) meliputi dukuh Gebyak dan Genengan.
3.
Mbah Bendung
melakukan bedah kerawang (Babat alas) dukuh
Legong
4. Mbah Kyai Talang melakukan bedah kerawang (Babat alas) dukuh
Sumberwuni.
. Sedangkan
nama Desa Sumbersuko diambil dari banyaknya mata air (sumber) dan banyaknya
bunga suko (kembang suko) yang tumbuh subur disemua mata air (sumber) tersebut,
bahkan banyak ditemui hampir disepanjang jalan juga tumbuh subur kembang suko
tersebut, maka para tokoh bedah kerawang bersama masyarakat saat itu bersepakat
mempersatukan tujuh dukuh tersebut menjadi satu nama yang besar dan berkah,
maka para tokoh dan masyarakat berkumpul dengan memohon rodlo Alloh Swt, mendeklarasikan Nama dari kumpulan dukuh itu diberi Nama Desa
Soembersoeko kemudian disesuaikan dengan ejaan baru yang disempurnakan
(EYD) “Desa Sumbersuko” artinya Desa (tempat) yang
mendatangkan ketentraman, kebahagiaan, keharmonisan, yang selalu mendapatkan
berkah, ridlo dan lindungan dari Alloh
Swt (amiin).
Dimasa penjajahan masyarakat desa Sumbersuko sangat kompak, bersatu
dalam berjuang melawan penjajah Belanda saat itu, dimana dalam perjuangan tersebut
dipimpin oleh 2 orang TNI-AD bernama
Bapak COKRO berasal dari Singosari, dan Bapak HAMID RUSDI dari Blitar, beliau berdua
berdomisili di dukuh Genegan hingga mencapai Kemerdekaan RI.
Dengan terbitnya Undang-undang nomor 5 tahun
1979 era Kepala Desa Bapak Soegimin H. Syukur nama pedukuhan tersebut diganti
dengan nama Rukun Warga (RW) dengan
urutan berikut :
1.
Dukuh Baran
menjadi Rukun Warga I
2.
Dukuh Legok
Menjadi Rukun Warga II
3.
Dukuh Krajan
Menadi Rukun Warga III
4.
Dukuh Gebyak
manjadi Rukun Warga IV
5.
Dukuh Legong
Menjadi Rukun Warga V
6.
Dukuh genegan
Menjadi Rukun Warga VI
7.
Dukuh Sumberwuni
Menjadi Rukun Warga VII
Dari 7 (tujuh)
Rukun Warga (RW) tersebut dibentuk manjadi 3 (tiga) dusun yang meliputi
beberapa Rukun Wanga (RW) sebagaimana tersebut dibawah ini:
1.
Dusun Sukomulyo meliputi Rw I, Rw II, dan Rw. III
2.
Dusun Sumbersuko
meliputi Rw IV, dan Rw V
3.
Dusun Sukodadi
meliputi Rw.VI, dan Rw VII
II.1.2. Sejarah
Tokoh / Pemimpin Desa Sumbersuko
Pada jaman
kolonial Belanda dengan penguasanya Ratu Yuliana Helmina desa Sumbersuko dipimpin oleh seorang
petinggi / lurah yang secara berurutan sebagai berikut:
Tabel II.1.2
NO
|
NAMA
KEPALA DESA
|
ALAMAT (Dukuh)
|
TAHUN
MENJABAT
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Mbah
Aris Suro Brojo
|
Legok
|
19…. s/d 19……
|
2
|
Mbah
Siya (H. Abdurohman)
|
Sumberwuni
|
19…. s/d 19……
|
3
|
Mbah
Suro Astro
|
Legok
|
19…. s/d 19……
|
4
|
Mbah
Siya (H. Abdurohman)
|
Sumberwuni
|
19…. s/d 19……
|
5
|
Mbah
Rustini
|
Krajan
|
19…. s/d 19……
|
6
|
Mbah Suko
|
Legok
|
19…. s/d 19……
|
7
|
Mbah
Rustini
|
Krajan
|
19….s/d 1923
|
8
|
Mbah
H. Abdulloh (Mbah Hormat)
|
Legok
|
1923 s/d 1946
|
9
|
Mbah
Abdul Aziz (Mbah Dulajis)
|
Legok
|
1946 s/d 1964
|
10
|
Soegimin
H. Syukur
|
Krajan
|
1964 s/d 1990
|
11
|
Ir.
Samadi
|
Sumberwuni
|
1990 s/d 1998
|
12
|
Cholil
Effendy
|
Krajan
|
1998 s/d 2007
|
13
|
M.
Ali Shodikin, SP
|
Genengan
|
2007 S/d 2019
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar